May 2017



Kajian Komunitas Kali Kening Bangilan ke 9 ini terasa berbeda. Karena pada sesi diskusi salah seorang anggotanya yang berjulukan Rohmat Sholihin yang juga alumni atlet sepak bola di Bangilan menunjukkan isu yang sangat menarik dan bisa jadi tantang besar bagi Komunitas Kali Kening yang gres seumur jagung.




Sore itu di Base camp Banjarworo Bangilan Pak Rohmat memberikan impian salah satu pimpinan pesantren dan Madin yang ada di salah satu desa di kecamatan Bangilan, Desa Bate tepatnya. Isi usulannya yaitu suapaya K3 sebutan atau akronim Komunitas Kali Kening semoga menunjukkan kajian, pembelajaran. ataupun menyebarkan pengalaman kepada santri-santri yang kukuh mengaji agama di desa terpencil di kecamatan Bangilan itu.




Para anggota K3 yang hadir sore itupun menyambutnya dengan baik dan tidak mau menunggu terlalu iktikad yang mulai diberikan oleh masyarakat ini. Maka dari pertemuan yang terasa lebih lama dari biasanya ini di lanjut ke teras Cafe selepas sholat maghrib untuk menerima suasana yang lebih fresh.




Di cafe Teras itulah anggota K3 memutuskan 12 Desember 2016 sebagai waktu yang sempurna untuk melaksanakannya. Dengan alasan hal yang baik harus disegerakan, maka malam itu juga semua anggota mendapat tugas. Diawali koordinasi dengan pihak penyelenggara yang tidak lain yaitu ponpes dan madin Al-Isyroq pimpinan KH. Nurus Shobah yang biasa dipanggil dengan Gus Shobah. Dan sepertinya Allah berbaik hati pada K3, alasannya piham pesantren menyetujui setiap impian dari K3.




Satu hari yaitu waktu yang sangat singakt terasa untuk program yang dipandang sangat besar oleh K3. Namun dengan kerja keras dan koordinasi yang ciamik, pagi itu 12 Desember 2016 semua persiapan sudah terselesaikan dengan baik. Mulai dari alat tulis, stiker, banner, dan tentunya anggota K3 itu sendiri.




Perjalanan dimulai dari toko salah satu anggota K3, Kafabih. Dengan kendaraan roda dua, semua anggota bergegas membelah jalanan Bangilan, Ngrojo, Kablukan, dan sampailah di Al-Isyroq. sesampainya disana anggota K3 disambut dengans angat hangat. Untuk menghormati waktu, sempurna pukul 9 program dibukaLinda Tria Sumarno dan dilanjut dengan pembacaan tilawah oleh salah satu peserta. Sebelum masuk pada program inti, K3 memperkenalkan diri dengan banyak sekali macam kegiatan dan kajian-kajiannya yang diwakili oleh Dino Jumanta. penjelasan jurnalistik dan beberapa bahan yang sangat menarik berturut-turun dari A. Rafiq, oghmat Sholihin, Joyo Juwoto, dan tentunya Lurah K3 Ikal Hidayat.




Dalam kegiatan ini, disamping beberapa bahan yang telah dijelaskan dan bisa diterima dengan baik oleh para peserta, K3 juga ingin secara eksklusif menunjukkan output berupa mading. dan tidak disangka, akhirnya sangat memukau. mading berhasil diselesaikan oleh para santri dengan sangat cepat. meliputi cerpen, puisi, gambar, dan kaligrafi. Dan diluar perkiraan, ternyata para ustadz dan ustadzah juga ikut menyumbangkan karyanya, terlihat dari beberapa nama yang tertera dari karya yang dikumpulkan untuk disortir dan dipasang di papan mading yang memang sebelumnya belum ada dan gres kita buat.




Acara inipun mendapat respon yang bermacam salah satunya dari penerima yang berjulukan Heri, "Setelah mengikuti workshop, rencana bersama teman-teman akan membuat mading Madin."




Acara berakhir pukul 14.00, anggota K3 bergegas pergi meinggalkan lokasi acara. Senang rasanya bisa bercengkerama dengan santri-santri dan ustadz ustadzah yang sangat bersemangat. Semoga kedepannya, apa yang disampaikan oleh K3 bisa bermanfaat untuk kehidupan pribadi maupun pesantren.



Apa yang terjadi malam itu menyerupai tumpukan sampah. kotor, bau, berantakan. setiap hisapan nafas yang ada hanya sesak, pusing, ingin muntah. Pun begitu dengan apa yang berkecamuk dalam dadaku, dalam kepalaku.

Dua pasang bola mata yang selalu meneduhkan, bibir tipis yang menggumamkan rindu itu kembali datang mengusik. Ya, kedipan-kedipan teduh itu tak terlihat lagi, hanya rintikan air yang tak lagi bisa terbendung. Bibir tipis yang selalu mengungkapkan kemanjaan, lenguhan, bahkan ketusan itu tak lagi tersungging.

Aku duduk di bangku sofa ruang ini. Hampa, berantakan, dengan meja-mejanya yang tak lagi terkemoci, lantai putih yang tak lagi terpel dengan aroma terapi yang biasanya kau sempatkan waktu untuk membasuhnya sebelum tapak-tapak bising berdasi menggenggam kayu bertulis 1 hingga 100. Di meja baris ke dua itu saya biasa menumpuk buku-buku dan pena merah. Dan setiap jam 20.30 saya mengencaninya untuk sekedar menunjukkan kenang-kenangan bertulis jayyid, jayyid jiddan atau bahkan mumtaz. sebuah tanda yang nanti akan mejadi nostalgia dua atau tiga tahun yang akan datang menyerupai yang kau cubitkan di pinggangku malam ini. Sebuah cubitan atas godaku dengan nilaimu yang tak menyentuh angka maksimal, meski hanya tertuang dalam satu atau dua kata berbahasa arab saja.

Aku tak begitu mengenalmu sebelumnya, apa lagi memperhatikan terlalu jauh, sebab yang ku tahu kau yakni bayangan dari kerudung merah yang selalu tersenyum untuk setiap tamu yang datang. Kau yakni telik sandi ketika baju biru tertangkap segerombolan pasukan istana. Aku tidak gugup apalagi takut. Bahkan saya menikmati setiap kekhawatiran akhir dari tindakanku malam itu, dan saya lupa bahwa kau hanya sebuah bayangan si hidung tungku. 

Kau laksana operator seluler yang selalu mengingatkan isi perutku sudah mulai kosong. Kau yakni sapu tangan ketika jari-jariku mengiramakan piano kesedihan, dan kau menyeka rintikannya. Aku tidak risih meski ratusan pasang mata mengintip dari sela-sela cendela beling yang seakan menutupi. Tapi itu bohong, macam bohongku atas rasamu yang tertutup kerudung merah.

Ku rebahkan tubuhku di sofa panjang dimana kau memelukku dekat di keremangan malam, ketika hanya satu atau dua pasang kaki yang sesekali melintasi. Malu rasanya kalau hingga belum dewasa gres yang tiba-tiba memenuhi ruangan ini melihat kesembaban mataku. 

Ku pejamkan mataku dan mulai ku dengarkan lagi kesukaanmu, dan saya tertidur. Samar-samar saya mendengar dering telepon; kau jatuh di depan rumah seorang kawan lama. banyak darah kau terpejam, dan sesekali kau lontar senyum dalam boponganku. Pekat sekali mata ini, sepertinya kopi mak Konah tadi pagi tidak begitu berimbas pada begadangku semalam. Ku hubungi orang tuamu, ku pastikan semua baik dan saya terbangun. Aku bermimpi, mimpi pada masa lalu yang kembali muncul dalam desktop otakku. 

Kita sudah sangat sering bertemu, saling curi pandang, saling ejek, dan kita kenal, hingga semua sesak di dadamu tak lagi bisa kau tahan. Dalam derai bahagia kau curahkan rasa, saya tak peka. Diruang kecil samping toilet itu saya lupa telah berani memelukmu, menciummu, mengusap setiap peluh yang membasahi serakan buku laporan yang gres saja kau rapikan. Aku menangis, tapi itu bahagia. 

Satu setengah tahun nuansa bening berhias pelangi itu ku sadak. Sampai beruang berbulu ungu itu kau bakar dan kau tulis surat terakhir dalam gerimis tahun gres cina dua tahun silam, dan kau tetap ada. Ada dalam setiap kuncup padi yang menanti mentari dalam petak sawah hatiku.



Mentari belum sepenuhnya memancarkan sinarnya, Namun kicau burung sudah saling bersautan menemani ibu-ibu mempersiapkan sarapan pagi untuk anak dan suami mereka. Jalanan yang masih pekat dengan embun samar-samar mulai pudar seiring hentakan sepatu pegawai dan anak sekolah, para mahasiswa dengan roda duanya.

Tak akan ada yang menyangka bagaimana dulunya kota kecil nan jauh dari hiruk pikuk ibu kota ini mampu lebih maju dan higienis dan seluruh kota di dunia. Bagaimana tidak, hampir tidak ada polusi dudara ataupun limbah di kawasan ini, pun dengan pengangguran. Setiap tenaga insan tercurah untuk setiap industri yang dikerjakan, semua menggunakan tenaga insan dan bahan-bahan dari alam yang tidak memiliki dampak berbahaya untuk masa depan. Tak ada deru mesin jalanan yang menyaingi bunyi guru sedang memberi penjelasan kepada siswanya, hanya andong yang sesekali lewat, tidak untuk mengambil sampah dari depan rumah warga, tetapi petugas kecantikan taman, yang merapikan atau mengganti tanaman atau bunga yang mulai bau tanah di sepanjang jalanan kota.

Pemerintah kota tidak menutup diri terhadap perkembangan teknologi dan insutri mekanik, bahkan banyak dari tim hebat di perusahaan-perusahaan besar di di negara lain menginjak tanah pertama kali di kota ini, akan tetapi kesadaran warga yang sudah dipupuk dengan sistem kepemimpinan yang sudah berjalan secara turun temurun.

Ya, kemajuan kota dari sisi ekonomi, teknologi, manusia, maupun alam yang selalu dijaga ini tidak lepas dari sosok Karna. Sosok pria sederhana dari keluarga yang tak seorangpun menduga akan menjadi penggagas sistem pemerintahan terbaik di dunia. Bagi penduduk kota ini, Karna yaitu insan terbaik yang tumbuh dari keluarga terbaik yang dikirim Yang Mahakuasa untuk memberi tanda kuasa Yang Mahakuasa tidak diberikan berdasarkan keturunan saja. Kerja keras, ketaatan, doa, dan perjuangan orang tuanya.

Bagi Karna ketaatan yaitu pegangan utama untuk menjadi insan sesungguhnya. dan itu dibuktikan dengan tabah dan taatnya beliau mengikuti perintah eyang guru. Delapana tahun tidak sedikitpun mendapat pelajaran kanuragan dari sang eyang. Ilmu yang didapat hanyalah mengambil air di belakang padepokan Wilujeng Raharja untuk mandi para murid dan mengurus tanaman di sekitar padepokan.

Langkahnya untuk memajukan kota menjadi sentra mencar ilmu dan perekonomian negara tidak serta merta jadi. Halangan yang begitu besar datang silih berganti.Setelah Eyang guru meninggal, wasiat terahirnya yaitu Karna sebagai pewaris padepokan yang setiap titahnya wajib ditaati setiap penghuni kota. Pimpinan padepokan yaitu pemimpin kota. Empat puluh hari berlalu, padepokan dan sekitarnya terlihat ibarat kota mati, hingga segerombolan orang datang dengan pakaian dan kendaraan serba mewah yang dipimpin seorang wanita mengaku sebagai anak eyang guru dan menagih warisan dari ayahnya.

Memang berdasarkan cerita, eyang guru memiliki sepasang putra putri, namun setelah remaja dengan ilmu kanuragan yang cukup muncul rasa jumawa dan meninggalkan padepokan, alasannya yaitu baginya sudah tidak ada lagi tantangan di kota kecil dengan amis sulfur dimana-mana.

Seluruh warga resah dengan kondisi ini, "Bagaimana mungkin seorang perempuan akan memimpin kota yang pernah ditinggalkannya, sementara beliau pergi saja alasannya yaitu jijik dengan kota ini, bisa-bisa nanti kota ini dijual dan kita akan mencicipi yang namanya menderita". ujar Munir yang memang didakwa sebagai lurah.

Munirpun berinisiatif mengumpulkan seluruh pimpinan desa dan pemuka agama untuk mencari solusi dari benih pertikaian yang mulai tumbuh, dari hasil musyawarah, Karna yaitu pewaris sah padepokan Wilujeng raharja dan berhak memimpin kota sementara keturunan laki-laki dari eyang guru tidak tahu kemana. Namun gres saja keputusan itu dibacakan, datang seorang pria setengah baya dengan wajah ibarat eyang guru. semua terperanjat, takut, kaget, bahkan ada yang menyangkan eyang guru terlahir kembali dengan sosok yang lebih muda.

"Aku Ludira, pewaris utama eyang guru. saya kesini tidak untuk mewaris kepemimpinan atas padepokan dan kota ini, saya hanya ingin mengambil pusaka pedang catur jiwo milik bapakku". 

Tak seorangpun berani berbicara kecuali pria setengah meter dengan rambut yang lebih panjang dari ukuran tubuhnya, Munir. "Mari ku antar ke padepokan, mungkin Karna mampu mebberi penjelasan" ujarnya.

Ludira pun bergegas menuju padepokan dengan kuda hitamnya yang gagah. 

Tanpa basa kedaluwarsa langkahnya tertuju ke saung utama dimana eyang biasa merebahkan tubuh dan menemui para tamunya yang Ludurapun gotong royong belum pernah memasuki ruangan itu. Ia terheran dengan pemandangan yang dilihatnya, tak ada aroma mistis ataupun senajata pusaka, hanya buku-buku tebal tertata rapi dari ujung pintu satu ke ujung pintu lainnya. "Kang Ludira, ada yang mampu saya bantu?" sapa Karna.

"Kau pasti karna. Tenang, saya kesini tidak untuk merampas kepemimpinan yang diberikan bapak kepadamu atas padepokan dan kota ini, saya hanya ingin pusaka bapakku, kau tentu tau yang saya maksud." sergah Ludira.

Karna mulai resah bagaimana menawarkan tanggapan yang sempurna biar tidak tersinggung dan marah. Sementara ia tahu dari eyang guru pusaka pedang carur jiwo hanya sebuah istilah, bukan sebuah benda. 

"Aku mengerti kakang, benda itu disimpan eyang di dalam ujung goa bawah jeram belakang padepokan. untuk memasukinya kau harus bertapa empat puluh hari empat puluh malam, dan kau hanya boleh makan dikala matahari itu tak terlihat. Tentu kau mengerti maksudku". Jelasnya.

"Oh, ternyata begini caramu Dira. kau masih saja ndeso dan tidak mampu bermain rupawan untuk menerima yang kau inginkan, kau tetaplah pria ndeso Ludira. Dan kau Karna, kau tidak sopan menawarkan diam-diam bapak kepada anak bau kencur ini tanpa membertahuku dulu sebagai keturuanan pertama bapak." potong Minawati yang sedari tadi mengintip dari luar.

Hampir saja pertikaian besar terjadi, alasannya yaitu Ludira menjawab hinaan kakaknya dengan kilatan pedang yang siap menebas leher kakaknya itu. pertikaianpun terjadi. Saling berkelahi kanuragan tak mampu terelakkan. Ditengah perkelahian satu darah itu Krna berujar, "Teruslah berkelahi dan saling bunuh, alasannya yaitu 40 hari ke depan saya yang akan menerima pusaka itu tanpa halangan berarti." dan merekapun menghentikan perkelahian yang sedang seru-serunya dan beralih beradu cepat menuju bawah jeram yang sedang deras-derasnya, dan mereka mulai membuat kawasan pertapaan.

Baru tujuh hari merasa damai dari gangguan bawah umur eyang guru, isu sedih datang dari kampung halaman Karna, kedua orang tuanya ditemukan meninggal bersimbah darah dirumahnya. emosinya memuncak, tiraninya berkuasa, ingin rasanya ia membunuh pemilik gelang emas yang ditemukan dalam genggaman ibunya, dan semua orangpun tahu siapa pemilik suplemen itu.

pikirannya berkecamuk, antara air mata dan dosa, antara dendam dan balas jasa. hampir setiap jam ia memantau perkembangan dua gubuk kecil di samping air terjun, dan memang minawati memiliki taktik yang cerdik, bahkan licik dibanding adiknya, Ludira. Ia memilih kawasan teraman dan terdekat disamping ekspresi goa, sementara Ludira sempurna dibawah aliran terjun, yang kalau terjadi banjir bandang, ia akan tenggelam bersama gubuknya.

Tepat seminggu sebelum empat puluh hari sepeninggal orang tuanya, karna dikagetkan dengan ramai sorak sorai warga dari arah air terjun. Ia pun bergegas kesana, dan puluhan warga sudah berkerumun menonton pertunjukan yang tidak wajar. Sepertinya Karna datang terlambat, sesampainya di jeram kedua anak eyang guru itu telah terkapar dengan pedang tertusuk di ulu hati masing-masing. 

Warga yang tadinya tak berani mendekat, alasannya yaitu kedatangan Karna segera menolong mayit keduanya, namun belum hingga mayit dipegang, terdengar gemuruh yang begitu dahsyat yang diketahui warga sebagaia tanda datangnya banjir bandang kiriman dari kota sebelah. Wargapun berhamburan meningalkan lokasi. Benar saja, air bah menggerus gubuk dan dua tubuh tanpa nyawa tanpa tahu dimana bermuara.


Senja itu telah memudar, dan dunia kunang-kunang perlahan menampakkan eksistensinya. Desiran angin gunung semakin memanjakan setiap hembusan penghuni lembah cinta. Aroma khas welirang menyerupai obat nyamuk yang memeluk kulit-kulit yang semakin menggigil, tak terkecuali Blind yang semakin dekat dengan kawasan tidur barunya. Beralaskan klaras dan berselimut pandan wangi mengantarkannya semakin pekat dalam mimpi. Gesekan-gesekan bulu jangkrikpun serasa violist sedang asyik memainkan nada pengantar tidur, nikmat sekali rasanya. Oh tidak, tidak senikmat itu rupanya. Sedikit demi sedikit langit mulai mengencingi ibu jari kakinya yang terlewat dari daun pisang kering yang menyelimuti tubuhnya. basah, dan semakin menjalar hingga membasahi pantatnya. Sepertinya langit malam sedang kesepian, ia tahu ada seonggok daging bernafas sedang memamerkan kenyamanan di tengah kerja kerasnya memikul jutaan manik-manik malam.


“Oh, jahat sekali kau malam, tak tahukah sepanjang langkahku habis untuk menjaga kenyamanan tuanku menghamburkan uang untuk lampu hias, taman bunga, monumen-monumen nirmakna, atau sekedar mengecat ulang patung pria yang dianggapnya ayah, dan tahukan kau, itu palsu. Biarkanlah saya sejenak bernafas normal.” Kesalnya sambil ia nayalakan sebatang rokok dan bersandar dalam apitan akar kepoh sambil menikmati sisa-sisa mimpinya.
Sepertinya langit sedang anyang-anyangan, tak hentinya ia mengencingi beberapa bab badan Blind yang semakin tersudut tanpa bisa menghindar alirannya. Dan di tengah-tengah himpitan air, bunyi jangkrik, dan tabrakan daun ploso yang tersapu angin terdengar sayup-sayup teriakan perempuan dari gubuk seberang. Secepat kilat ia singkirkan daun-daun yang menali simpul tubuhnya, ia lempar rokok di jari yang gres terpakai beberapa hisapan, dan berlari tunggang langgang menghampiri sumber bunyi tadi.


“Bangsat kau Haikal! kau memang kotor, tak seharusnya kau menodai air lembah cinta ini dengan busuk busukmu itu, menjijikkan!” bentaknya sambil menendang pantat Haikal sekuat tenaga tanpa memberi kesempat untuk menghindar, dan Haikalpun terjengkal dan jatuh dari atas gubuk bersimbah lumpur. Hampir saja Blind turun dan menenggelamkan badan cungkring itu ke dasar bumi bila Meylinda tak melarangnya.


“Sudahlah Blind, tak perlu kau benamkan ia ke dalam lumpur itu, ia sudah terlalu jauh terbenam dalam imaji atas nikmati kulitku, dan saya masih baik-baik saja selain bercak liur yang dulu sempat ku bayang madu.” Sengguknya seraya menenangkan Blind yang masih menggetar kepal dengan sejuta amarah.
Keheningan dalam gubuk terasa makin menyuntuk kala tak sepatah kata terletup dari verbal Blind, dan Maylinda masih sesenggukan dalam getar sembari membenahi rambut yang sempat berserakan.


“Kau masih menyerupai biasanya saja, tak adakah sedikit welasmu untuk wanita yang tersungkur dalam temaram ini? Tak ada tuanmu disini, dan kau tak perlu lagi bersikap menyerupai paspampres yang sedang mengawal ndaranya.” Hanya bunyi korek api yang aben lintingan tembakau sambil melenturkan kaki Blind menggantung dari atas gubuk.


“Jika hanya badan dan busuk asap rokokmu itu yang menemaniku, apa bedanya dengan mayat, hantupun tak akan tertarik untuk mendekatimu”. Sambil menggeserkan posisi duduknya ke pojok bangunan reot berkaki empat itu.


“Sepertinya memang kau tak pernah teratarik dengan lawan jenis, atau mungkin mungkin hanya menimbulkan kami para wanita ini sebagai gula dalam kopimu yang memang hambar atau mungkin pahit, sma menyerupai tuanmu? Entahlah, memang saya tak pernah merasakannya. Bedanya beliau punya puluhan bahkan mungkin ratusan toples gula yang menimbulkan wedangnya manis, dan kau apa? Menjadi menyerupai Haikal aja tak mampu.” Masih tak ada gerakan dari verbal Blind, dan Meylinda mulai melepaskan kebayanya yang sempat basah.


“Jangan kau paksa saya untuk mematahkan sayap bidadari yang sempat baku berikan padamu, saya tak akan pernah menjadi anjing lapar yang merampas makanan tuannya di atas meja. Jadi, rapikan kenakan kembali kebaya itu, setelah ini kita akan melanjutkan perjalanan.”


“Oh, suci sekali kau ini. Aku tak tersanjung, ini hinaan terdahsyat yang pernah terucap dari verbal berasapmu.”


“Turunlah, mari tinggalkan kawasan keparat ini. Kereta api menuju Jatirogo akan lewat sebelum jam 7 pagi jadi jangan hingga tertinggal, atau saya tak sempat membelikanmu baju baru, dan arwahku akan bertemu dengan hantu-hantu sebelumnya.”


Perjalananpun dimulai melewati gerumbulan hutan dan petakan sawah-sawah yang tak terurus, licin, dan tentu banyak hewan melata berkelian. Sepertinya angin memang tak mau diajak berkawan, deburan kabutpun terusir angin utara yang semakin menusuk tulang dinginnya.


“maukah kau menggendongku? Aku sendi-sendiku terasa beku, saya tak sanggup melanjutkan perjalanan ini. Dan bila kau masih bertahan dengan egomu, tinggalkanlah saya disini dan pergila dengan kereta pasir itu sendirian. Meski anjing-ajing yang mulai berkeliaran itu mencabik-cabik tubuhku, atau ular-ular lapar itu mematuk kaki, saya tak peduli. Karena satu-satunya insan yang mengagumiku sudah kau hempaskan dan tau sudah berapa anjing yang siap menerkamnya. Dan kau, sepertinya juga tak jauh beda.” Dan tanpa basa kedaluwarsa Blindpun membopong keri kecil itu dari belakang yang memang sedari tadi membuntuti dari belakang, dan Meylindapun tertidur.



Bersambung.....


Malam ini akan membuatkan aplikasi dan informasi atau trik cara mudah transfer file dari android ke komputer tanpa harus ribet meskipun dengan HP yang terbilang murah, Apalagi di HP yang mahal deng fitur dan kekuatan yang yang lebih tentunya. File yang ditransfer mampu berupa foto, video, ataupun file-file lainnya. 

Di samping mentransfer file dari android ke komputer, kali ini  juga akan membagikan aplikasi yang mampu digunakan untuk mentransfer file dari komputer ke android, dan uniknya aplikasi ini tidak membutuhkan kabel usb untuk menghubungkannya.

Baiklah, supaya tidak terlalu lama monggo disimak penjelasannya secara singkat.

1. Silahkan unduh aplikasi dari playstore





2. Setelah aplikasi terunduh, silahkan buka

3. Setelah terbuka, nyalakan laptop atau komputer dan bukalah browser andalan anda dan tulislah IP yang tercantum di android anda dengan diikuti :8888 dan tekan ENTER

4. Maka di layar android akan muncul pemberitahuan untuk mendapatkan undangan dari komputer. maka pilihlah yang ACCEPT jangan yang REJECT

5. Nah, setelah proses di atas selesai, anda mampu mengirim file dari android sesuka hati anda dengan menekan tombol DOWNLOAD pada file yang diinginkan.

6. Atau memindah file dari komputer ke android dengan cara men-drag (menggeser) file yang dinginkan.



Buat kau yang ingin tahu lebih banyak mengenai informasi wacana HP apapun, dengan ulasan yang sangat lengkap mampu membuka situs situs berikut. dijamin puas mendapatkan reviewnya.



Setelah kemarin Cara Mudah Transfer File Foto Video Dari Android Ke Komputer Tanpa Kabel, kali ini kami akan menyebarkan mengenai Cara Backup Dan Restore Aplikasi Android Beserta Datanya.

Mungkin dari prakata di atas ada sebagian warga  yang belum begitu terperinci apa maksudnya. Nah, jadi begini. terkadang alasannya rusak, atau kapasitas memory yang terbatas, kita dipaksa untuk menghapus beberapa aplikasi yang sudah terinstal di android kita. dan celakanya, yang paling disarankan ialah aplikasi dengan kapasitas besar dan meruapakan aplikasi kesukaan kita. 

Maka dari itu  tanpa panjang lebar lagi akan membagikan aplikasi yang berjulukan Titanium Backup yang mampu kalian unduh di playstore.

Berikut ialah langkah-langkahnya.

1. Setelah aplikasi terinstall di android, silahkan buka dan lanjutkan dengan memperlihatkan kanal rootnya

2. Pilih salah satu aplikasi yang akan dibackup dengan menyentuh iconnya 

3. Ada banyak pilihan disana. Pilihlah bab BACKUP

4. Pilih UNINSTALL untuk mengembalikan aplikasi terpasang di android kita

5. Jika dibutuhkan kembali aplikasi ini mampu diinstall kembali dengan menekan ikon aplikasi yang dimaksud dan memilih RESTORE. Maka aplikasi akan kembali ibarat semula lengkap dengan datanya. tanpa harus unduh lagi ataupun meng-Updatenya.


Demikian penjelasan singkat mengenai Cara Backup Dan Restore Aplikasi Android dan Data Dengan Titanium Backup. Semoga bermanfaat.


Pagi ini hati saya serasa ada angin kencang petir, gempa, dan sunami yang datang silih berganti. Ada emosi yang tertahan dan memang saya paksa untuk saya tahan. Bagaimana tidak, sebuah pemikiran yang sudah hampir menjadi keyakinan saya selama ini terkoyak habis melaui sebuah perbincangan singkat yang berawal dari sebuah status di akun facebook seorang teman.

Sekilas memang tidak ada yang istimewa dari statusnya. Yang hanya meminta pendapat perihal kondisi ketika dimana seorang guru diwajibkan mengajar 8 jam selama 5 hari. Awalnya saya menanggapi kalem dengan mengingatkan bagaimana dulu ia diajar oleh seorang guru yang datang pagi pulang menjelang sore dan tidak ada problem berarti atau menjadi halangan bagi siswa untuk bernakal ria.

Pertikaian dalama hati saya mulai sengit ketika ada beberapa sahabat yang berprofesi sebagai guru yang menolak sistem tersebut dengan aneka macam alasan. Dan alasan ini bukanlah alasan klasik menurut saya ini yakni alasan baru. Karena ketika masih menjadi siswa ataupun awal mengajar saya tidak pernah mendengar keluh kesah semacam ini. Dimana ekonomi atau keuangan menjadi alasan dasar untuk menolak wacana tersebut.

Disini saya akan mengawali bagaimana dulu teman-teman seangkatan ataupun kakak dan adik kelas ditempa dengan pendidikan yang begitu keras. 10 pelajaran dalam sehari semalam yang ditutut dengan materi hafalan dan peraturan yang ketat dan terkesan keras. Semua mampu terlewati dengan tepat dengan wisuda di selesai masa pendidikan.

Yang jadi problem bukan bagaimana sistem itu diterap untuk dilanggar, tapi bagaimana sistem itu diterapkan untuk terus diawasi dan dikembangkan.

Selama 12 tahun saya menempuh pendidikan bukan berarti tidak ada problem sama sekali. Bagaimana rasa sakit dipukul sebab tidak mampu menjawab pertanyaan guru, telat masuk sekolah, ataupun telat bangkit pagi, seakan sudah menjadi jaminan setiap hari. Dan pada kenyataannya dongeng lucu yang akan terkesan sadis kalau diterapkan pada anak sekarang, dulu hanya menjadi ajang catur antar pengurus, guru dengan siswa yang "nakal.

Rasa sakit sebab pukulan, hanya menjadi materi guyonan sesama teman, tidak menjadi sebuah dendam atau hingga menjalar hingga ke pihak yang berwenang yang dalam hal ini yakni kepolisian. Kenapa terjadi pergeseran proses pendidikan dari dulu yang sudah sakral, disiplin dan tertata baik, menjadi cengeng, manja dan kekanak-kanakan? Jawannya yakni sebab gurunya. Karena gurunya hanya memikirkan dirinya sendiri, gurunya hanya memikirkan bagaimana hari ini saya mengajar dan nanti pulang mampu bertemu keluarga kemudian bulan depan gajian. Bukan memikirkan bagaimana anak didik saya yang A ini kesulitan mengira pelajaran dan  yang B begitu mudah menerimannya sementara mereka dalam satu jenjang, dan apa faktor yang melatar belakanginya. Termasuk memikirkan apakah pelajaran yang saya berikan sudah mampu diterima murid dengan baik, dipelajari dirumah dan besok ketika saatnya bawah umur siap menjawab pertanyaan saya.

Tentu tidak sebatas bagaimana tuntutan dan hukuman itu diberikan, tapi lebih kepada bagaimana sebuah yayasan, sekolah, atau instansi pendidikan lain tidak hanya mengajar muridnya saja dengan pelajaran dari buku, tapi guru harus ditempa dengan pengetahuan yang unggul untuk tidak hanya mengajar mengajarkan ilmu lahir saja, tapi juga ilmu batin yang dalam hal ini yakni akhlak.

Akhlah yakni sebagai kontrol hati untuk tidak berfikir dan bertindak melebihi kapasitas yang ditentukan Tuhan, sementara ketentuan Allah tidak pernah bersilang dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Dari etika yang dipupukkan, ditempakan, dan dijadikan mendarah mendaging ke dalam lubuk sanubari guru dan siswa, serta ditunjang dengan sistem mengajar yang baik, pendidikan akan berjalan dengan baik pula dan menghasilkan kader-kader bangsa yang brilian dan mampu diandalkan.

Nah, ketika semua pikiran dan tenaga sudah dicurahkan untuk pendidikan dengan ikhlas, hukuman yang diberikan, akan diterima dengan legowo oleh siswa, pesan tersirat yang diberikan akan sangat mudah diterima dan diamalkan oleh siswa. Dan ketika itulah, gaji, pinjaman kesehatan, pinjaman hari tua, dan tunjangan-tunjangan yang lain layak untuk diterima tanpa harus menuntut.

Lalu apakah sistem yang diterapkan pemerintah salah? Tentu saja tidak. Karena sistem pendidikan dibuat dengan pemikiran yang dalam dan matang serta melalui perdebatan yang alot. Dan apakah salah guru yang merasa keberatan dengan beban dan tuntutan yang ada? Ya, salah. Karena pendidikan bukanlah pekerjaan, pendidikan bukanlah urusan ekonomi yang mampu dihitung sehari dapat berapa dan dikalikan 1 bulan dapat berapa, tapi pendidikan yakni mempersiapkan generasi penerus yang akan membawa kemana bangsa ini nantinya. Yang akan menyelamatkan kita dimasa mendatang kalau pendidikan yang diberikan oleh guru itu benar, dan akan menyulitkan dan menghancurkan kita di masa mendatang kalau pendidikan yang kita berikan salah.

Inna fii aydiikum amrol ummati wa fi iqdaamikum hayaatahaa.
Wallhu a`lam bissawab.




Dalam rangka ibadah di bulan suci Ramadhan, Komunitas Kali Kening Bangilan, Tuban, mengadakan bakti sosial yaitu dengan membagikan 600 bungkus bakso dan air mineral. Acara ini digagas berkat kerjasama dengan rumah bakso AREBANG dan disuport oleh beberapa anggota Komunitas Kali Kening.

Acara ini sendiri dilaksanakan pada sore hari sekitar pukul 16.30 (11/6/2017) di depan SDN Ngrojo 1 yang mana banyak orang lalu lalang untuk mencari materi untuk buka puasa atau sekedar berjalan kalem untuk menanti datang adzan maghrib.



Perencanaan yang sangat matang tentu sudah disiapkan oleh anggota komunitas jauh-jauh hari, mulai dari rapat koordinasi dan memasak bakso tentunya. alasannya yaitu kebetulan pemilik rumah bakso Arebang yaitu anggota Komunitas Kali Kening, tentu dalam proses pembuatannya melibatkan semua pihak baik dari anggota maupun keluarga dari mbak Ayra.



Acara pembagian takjil ini sendiri berjalan sangat singkat tidak lebih dari 1 jam, terlihat dari antusias masyarakat sekitar ataupun yang berada dijalan raya bersedia mengantri dengan rapi meski tidak ada yang mengatur, terbukti dari lancarnya jalan poros Kecamatan Bangilan - Senori yang tetap lanjar.



Suasana bahagia terang terlihat dari raut muka dan mulut panitia pasca acara. alasannya yaitu setelah menu takjil selesai dibagikan, para anggota yang merangkap jadi panitia inipun seketika itu juga tidak lupa membersihkan dan merapikan barang-barang semoga tidak menjadi sampah ia area pembagian takjil.




Tidak hanya hingga disitu, usai program bagi-bagi takjil jadwal dilanjutkan dengan kajian keagamaan dengan pokok bahasan mengupas "lailatul Qodar" yang dihibur dengan bacaan puisi dan diakhiri dengan buka bersama.


Dan yang kemarin tidak sempat ikut meramaikan, mampu nonton videonya dibawah sini ya. Jangan lupa diLIKE, SUBSCRIBE, dan KOMENT.



Kuliner Tuban sangat banyak dan bergam. Mulai dari makan ringan hingga yang berat. Dari yang kelas lesehan hingga yang kelas mewah. Dari yang menyediakan makanan hingga yang hanya sekedar cangkrukan ngopi-ngopi bersama teman. Salah satunya ialah warkop Haqis yang terletak di Desa Sidokumpul Kecamatan Bangilan.

Disamping menyediakan kopi, Warkop Haqis juga menyediakan aneka macam minuman dingin, hangat, ataupun air mineral, juga menyediakan makanan ringan, mie instant, juga gorengan.

Warkop Haqis sendiri buka mulai jam 08.00 pagi hingga jam 01.00, bahkan mampu lebih bila pengunjung masih banyak. Durasi ini terbilang lama bila dibanding dengan warkop atau warung-warung yang ada di Bangilan. Sebabnya tidak lain ialah akomodasi yang disiapkan. Disamping free wifi, toilet juga disediakan, sehingga menimbulkan pengunjung tak ingin cepat-cepat beranjak dari kawasan duduknya.

Bila menilik sejarah, Warkop Haqis ini bangun dari tahun 2015 dan sudah pindah 2 kali alasannya ialah kontrak kawasan yang sudah habis. Yang pertama ialah di selatan pertigaan Desa Kedungharjo, dan yang kedua ialah di Desa Sidokumpul Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban yang ditempati hingga dikala ini. Tepatnya di pertigaan dukuh Talok atau depan Ivan Konter.


Menurut Aris yang merupakan pedagang tahu petis di depan lapangan Bangilan kenyamanan ialah prioritas utama dalam berkuliner. "Buat aku ngopi itu yang penting nyaman pak. Semewah apapun tempat, jika kita tidak nyaman ya sama saja di hutan prodeo" tandasnya.

Pengunjungnya tidak hanya yang bekerja di Bangilan saja, cowok yang bekerja di kawasan jauhpun menimbulkan Warkop Haqis sebagai tujuan ngopi dikala pulang kerja. "Meskipun aku bekerja di Sidoarjo, jika pulang selalu menyempatkan nyruput Torabika di sini. Tempatnya enak." sambung Sudiham warga Suruhan Sidotentrem yang mengajar di Sidoarjo Jawa Timur.

"Alhamdulillah lancar dan selalu ramai pak. Saya selalu mencoba memperlihatkan yang terbaik demi kenyaman para pelanggan, bagi aku mereka ialah raja. Kalau pelanggan nyaman, sayapun sekeluarga juga nyaman." tutup pemilik warkop mas Surondi yang biasa dipanggil mas Klowor.




Sebelumnya ane mau dongeng dulu ya gan. Sejak dari sekolah sering dapat peran baut ngerekam atau record pidato pimpinan pesanten. mulai dari kaset pita, sampek menggunakan komputer. sebab dulu memang masih sangat minim akomodasi dan pengetahuan. Hasilnyapun maish sangat sederhana. apa yang diterima oleh alat perekam, itulah hasil akhirnya.

Sampai pada suatu dikala ada undangan dari pimpinan pesantren buat mengganti kalimat yang salah. bingungnya setengah mati. disamping yang nyuruh yaitu pimpinan pesantren, peran yang diberikan beliaupun merupakan peran mulia bagi setiap siswa.



Bertanya dari satu sobat ke sobat lain tidak menemukan jawaban. Namun tidak menyerah, hingga punya inisiatif baut ke daerah tukang shoting, yang dikala itu tempatnya lumayan jauh, tepatnya di Kabupaten Bojonegoro, sementara aku tinggal di pelosok Kabupaten Tuban Jawa Timur.

Alih-alih mampu menerima softwarenya dengan gratis, belipun tak dikasih. bahkan melihat prosesnya saja tidak bisa. Mungkin sebab dari situ dia menerima rupian, itu pula yang mengakibatkan semuanya serba dirahasiakan.



Dalam perjalanan pulang pikiran semakin kacau, yang mengakibatkan harus berhenti sejenak buat rehat dan sholat asar kala itu. Namun justru disinilah jalan keluar itu ada. Di depan Masjid ada papan toko yang bertuliskan Warnet. Nah dari situlah aku menemukan jawabannya meski dengan biaya yang lumayan waktu itu. Dan kesannya perjuangan jasa semacam pula yang aku geluti 5 tahun terahir dengan nama Warnet SOYA Intermedia.

Oke, ceritanya cukup dan sekarang kita masuk pada tutorialnya, yaitu Tutorial Cara Edit Suara Dengan AVS Audio Editor

1. Silahkan Download aplikasinya dan install di komputer.
2. Buka, dan siap untuk melaksanakan editing.
3. Fitur
    a. Recoring
    b. Editing
    c. Meberi efek
    d. Mixing
    e. Dan masih banyak lagi fitur-fitur lain.


Caranya cukup simpel. Semua fitur sudah disediakan dan pilih new, dan lanjut sesuai keinginan.
Bila ada yang kurang jelas, mampu didiskusikan di kolom komentar.



Dalam rangka memeriahkan bulan Ramadhan 1438 H, masyarakat Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban Jawa Timur mengadakan lomba tongklek yang diinisiasi oleh cowok NU Kecamatan Bangilan pada tanggal 10 Juni 2017 bakda Tarawih.

Meski nomor urut pertama gres berjalan sekitar pukul 21.00 WIB lebih, masyarakat yang antusias menonton sudah berjajar rapi sedari jam 20.00 WIB. tidak hanya muda mudi yang dengan rapi sudah memarkir kendaraannya di area kosong pinggir jalan, belum dewasa dan orang tuapun tidak ketinggalan.

Bahkan bapak beranak 3 yang berdomisili di Kecamatan Singgahanpun menyempatkan waktunya untuk menyaksikan program ini bersama teman karibnya. "Saya sangat mendukung program faktual menyerupai ini. Kalau mampu tahun depan pesertanya ditambah dan panitia lebih merapikan jalanan dengan berafiliasi dengan pihat terkait, biar penonton mampu gayeng menikmati tontonan ini." terperinci Kang Dim.

Melaju dari perempatan Desa Ngrojo, dengan melewati desa Weden, Desa Sidokumpul, Desa Kedungharjo, Desa Bangilan, dan berakhir di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan sekitar pukul 23.00 WIB.

Meski bersifat hiburan, panitia tetap menyediakan penghargaan bagi penerima terbaik. diantara diberikan kepada ponpes Assalam 2 sebagai juara 1, Ponpes Assalam 1 sebagai juara 2, dan Desa Sidokumpul sebagai juara 3.

Untuk lebih jelasnya mampu dilihat pada video di bawah ini. Jangan lupa di like, Koment, dan Subscribe.



Author Name

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.